Cari Blog Ini

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan PSB di MA
Dosen pembimbing:Drs.Nazarudin Rahman

iain

Disusun Oleh:
Nama:Mel Sandy
Nim:(11290801)




FAKULTAS TARBIYAH  JURUSAN KEPENIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2012



BAB I
PENDAHULUAN

a.Latar belakang
Pendidikan merupakan bagian yang hakiki dari kehidupan.Pendidikan merupakan usaha manusia dan masyarakat untuk menjawab tantangan-tantangan hidupnya.Pendidikan merupakan usaha manusia untuk tetap survive.
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengakibatkan perubahan masyarakat secara cepat dan perkembangan masyarakat ketaraf yang makin kompeks.Perkembangan tersebut telah melahirkan masalah-masalah sosial dan tuntutan-tuntutan yang baru.Pendidikan bertugas untuk menjawab tantangan-tantangan dan memecahkan masalah-masalah tersebut.Usaha menjawab tantangan dan memecahkan masalah itu menjelma dalam berbagai usaha pembaharuan pendidikan.Dalam masyarakat yang berubah cepat,pendidikanya harus selalu diperbaharui.Dengan perkataan lain,pembaharuan pendidikan merupakan bagian hakiki dari perubahan masyarakat itu sendiri.
Didalam dunia pendidikan tentunya mempunyai banyak problematika baik dari segi pendidikannya dan pembangunannya.Inti persoalan dalam hal ini menemukan keseimbangan antara pendidikan sebagai sarana pembangunan pada satu pihak dan pendidikan sebagai sasaran pembangunan.Lembaga-lembaga pendidikan kita hanya akan mampu berfungsi sebagai sarana pembangunan yang efektif  kalau terus menerus kita kembangkan dan kita sesuaikan dengan kebutuhan pembangunan.Kalau lembaga-lembaga pendidikan kita tidak kita perbaharui secara terus menerus,dan kita biarkan terperangkap dalam pola-pola lama yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan pembangunan,maka mereka akan segera terasa menjadi penghambat pembangunan.
b.Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud problematika pendidikan?
  2. Apa saja masalah pokok pendidikan di Indonesia?
  3. Bagaimana cara meningkatkan pembangunan pendidikan di Indonesia?
  4. Bagaimana Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pendidikan di indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Problematika Pendidikan di Indonesia
a.Pengertian Problematika Pendidikan
Problematika adalah berasal dari akar kata bahasa inggris ‘’problem’’ artinya soal,masalah atau teka-teki.Juga berarti problematika,yaitu ketidak tentuan[1].
Tentang pendidikan banyak definisi yang berbagai macam,namun secara umum ada yang menefinisikan bahwa,pendidikan adalah suatu hasil peradaban sebuah bangsa yang dikembangkan atas dasar suatu pandangan hidup bangsa itu sendiri,sebagai suatu pengalaman yang memberika  pengertian,pandangan dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan mereka berkembang.Definisi pendidikan secara lebih khusus ialah suatu proses pertumbuhan di dalam mana seorang individu dibantu mengembangkan daya-daya kemampuanya,bakatnya,kecakapanya dan minatnya.Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dalam rangka menanamkan daya-daya kemampuan,baik yang berhubungan dengan pengalaman kognitif (daya pengetahuan),afektif (aspek sikap) maupun psikomotorik (aspek keterampilan) yang dimiliki oleh seorang individu.
Adapun yang dimaksud dengan problematika pendidikan adalah persoalan-persoalan atau permasalahan-peramasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan,khususnya Negara Indonesia.
1.2 Masalah-Masalah Pokok Pendidikan di Indonesia
Tiap-tiap masyarakat memiliki masalah sosialnya sendiri,masalah-masalah sosial itu misalnya:pengangguran,kemiskinan,pelacuran,alkoholisme,konflik antar golongan,dan sebagainya.Di antara sekian banyak masalah sosial itu,terdapat apa yang disebut “masalah pendidikan” seperti yang kita hadapi sekarang.


Masalah pendidikan itu sangat kompleks,dan banyak seginya,misalnya[2]:
a.       Kurangnya biaya untuk menyelenggarakan sekolah-sekolah;
b.       Kurikulum sekolah yang sudah usang;
c.       Terasingnya sekolah dari masyarakat;
d.       Moral para guru merosot;
e.       Masalah droup-out;
f.        Masalah banyaknya tamatan sekolah yang tidak mendapatkan pekerjaan;dan
g.       Masalah banyaknya anak yang tidak dapat di tampung di sekolah-sekolah dan sebagainya.
Nampaknya deretan masalah pendidikan tersebut diatas dewasa ini merupakan masalah pendidikan kita juga.
  1. Masalah-masalah Pendidikan Dewasa ini
Masalah-masalah pendidikan nasional yang kita hadapi dewasa ini sangat banyak dan satu sama lain mempunyai hubungan yang kompleks  sekali.Masalah-masalah pendidikan itu ialah:
  1. Masalah banyaknya anak yang tidak dapat ditampung disekolah
Salah satu problem besar dan sulit kita pecahkan ialah masalah banyaknya anak yang tidak dapat ditampung disekolah.Statistik menunjukkan presentasi banyaknya anak yang dapat ditampung di sekolah dari angka-angka itu kita dapat mengetahui prosentase banyaknya anak-anak yang tidak dapat di tampung di sekolah.
  1. Prosentase banyaknya anak usia SD(6-12 Tahun)yang dapat di tampung di sekolah sebagai berikut:
Tahun
Prosen anak yang di tampung
Prosen anak yang tak tertampung
1940
21
79
1952
55
45
1969
66
34
1970
59
41
1973
75 (Target Pelita I)
25

Untuk dapat memperkirakan berapa besarnya jumlah anak yang tidak ditampung disekolah,dapatlah dikemukakan di sini,bahwa jumlah anak usia SD kira-kira ada 15 prosen dari jumlah penduduk seluruhnya.
  1. Prosentase banyaknya anak berusia SLP (13-15 tahun) yang dapat di tampung di sekolah,sebagai berikut:
Tahun 1967
Prosen anak yang tertampung
Prosen anak yang tak tertampung
SMP
9,5

ST & sek.vak lainya
2,8

Jumlah
12,3
87,7

  1. Prosentase banyaknya anak usia SLA (16-18 tahun) yang dapat di tampung disekolah,sebagai berikut:
Tahun 1967
Prosen anak yang tertampung
Prosen anak yang tak tertampung
SMA
3,6

STM & sek.vak.lainya
0,9

SPG
1,5

Jumlah
6,0
94,0


  1. Jumlah mahasiswa universitas & institut negeri,akademi negeri,serta universitas,institut,akademi swasta ada 206.000 orang.
Jadi kalau kita simpulkan banyaknya anak-anak yang tidak dapat di tampung di sekolah,ialah: SD 41 Prosen (1970),SLP 87,7 Prosen (1967),dan SLA 94,0 Prosen (1967),masing-masing dari golongan umur SD,SLP,SLA.Dari angka prosentase itu,dapatlah kita ketahui,bahwa kita menghadapi masalah yang cukup besar dan yang sulit dipecahkan.
  1. Masalah besarnya droup-out
Droup-out artinya meninggalkan sekolah sebelum menamatkan pelajaran.Droup-out pada tingkat SD sebelum mencapai tingkat functional literaci akan berakibat anak menjadi buta-huruf kembali.Droup-out merupakan salah satu pemborosan pendidikan,karena droup-out biaya pendidikan menjadi 3-4 kali lebih besar daripada seharusnya.
Menurut suatu penyelidikan,angka drop-out pada tingkat SD Indonesia dari tahun 1953-1960 adalah sebagai berikut:
Tahun
Prosentasi
Tahun
Prosentase
1953
64,0
1957
59,5
1954
63,9
1958
59,0
1955
60,5
1959
59,1
1956
58,3
1960
61,2

Drop-out  pada tingkat SD di Indonesia dewasa ini masih berkisar antara 55-60 prosen,suatu angka drop-out yang cukup tinggi yang merupakan salah satu masalah pendidikan yang pelik.
Drop-out pada tingkat sekolah lanjutan ada tiga kemungkinan bentuknya,yaitu:
  1. Mengundurkan diri dari sekolah sebelum menamatkan pelajaranya;
  2. Gagal dalam menempuh ujian akhir;dan
  3. Tidak dapat melanjutkan pelajaran bagi siswa yang cerdas (drop-out yang terakhir ini merupakan kerugian paling besar bagi masyarakat dan negara,juga individu yang bersangkutan).
  1. Masalah Ketidak-seimbangan horisontal dan vertikal
Dalam perkembangan persekolahan kita terjadilah ketidak-seimbangan horisontal dan vertikal.Yang dimaksud dengan ketidak-seimbangan horisontal ialahketidak-seimbangan jumlah sekolah dan muridnya antara sekolah umum dan sekolah kejuruan pada masing-masing tingkat pendidikan.Sedangkan ketidak-seimbangan vertikal artinya ketidak-seimbangan jumlah antara suatu tingkat sekolah dengan tingkat di atasnya.
  1. Masalah Tenaga Guru
Dalam hal pendidikan guru sangat berperan penting untuk memajukan pendidikan itu sendiri.Guru-guru kita dapat disamakan dengan pasukan tempur yang menentukan kemenangan atau kekalahan dalam peperangan.Para birokrat pendidikan adalah pendukung semata-mata bagi guru atau prajurit lapangan ini.Kalau birokrasi birokrasi pendidikan benar-benar mendukung para guru,maka pekerjaan mereka akan menjadi lebih ringan.Sebaliknya,kalau melalui tindakan-tindakan birokratis tertentu birokrasi pendidikan justru memberikan beban tambahan kepada para guru,maka tugas guru-guru ini pun akan menjadi lebih berat.Dan kualitas pekerjaan mereka pun akan menurun.
Menurut para ahli ada lima faktor yang sangat mempengaruhi kualitas perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya,kelima faktor tersebut,yaitu[3]:
1)     Jenis kewenangan (authority) yang benar-benar diserahkan kepada guru;
2)     Kualitas atasan yang mengawasi dan mengontrol perilaku guru;
3)     Kebebasan yang diberikan kepada guru,baik di dalam kelas maupun di luar kelas;
4)     Hubungan guru dengan murid-muridnya;
5)     Pengetahuan guru tentang dirinya sendiri dan kepercayaan terhadap diri sendiri.
Seperti yang kita lihat pada daftar ini,bahwa tiga faktor pertama merupaka persoalan-persoalan yang terletak seluruhnya dalam daerah kekuasaan birokrasi pendidikan,sedangkan dua faktor yang terakhir merupakan persoalan-persoalan yang dapat diselesaikan oleh para guru sendiri.
Dengan demikian masalah peningkatan kualitas guru tidak hanya tergantung hanya kepada para guru sendiri,melainkan juga sangat dipengaruhi pula oleh sikap birokrasi pendidikan.
  1. Masalah Kurikulum dan Metode Mengajar yang Usang
Kurikulum sekolah-sekolah kita dipandang sudah usang,begitu juga metode mengajar yang kita pakai adalah metode pasif dan tradisional,menyebabkan sekolah menjadi terasing dari masyarakat dan ketinggalan dari perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan.Akibatnya jtamatan sekolah tidak fungsional bagi tugas-tugas pekerjaan dalam masyarakat,sehingga sekolah-sekolah kita tidak menunjang pembangunan,melainkan justru menghambat pembangunan[4].
  1. Masalah Uang Sumbangan Pendidikan
Pada tiap-tiap tahun ajaran baru,masalah uang sumbangan pendidikan selalu menjadi aktual dan menjadi sasaran kritik masyarakat,karena adanya variabiliti yang cukup besar dalam hal besarnya uang sumbangan pendidikan antara sekolah yang satu dari sekolah yang lain.Disamping itu sering terjadi pula penentuan uang sumbangan pendidikan yang jumlahnya diluar kemampuan orang tua,sehingga dapat terjadi adanya anak-anak yang cerdas,karena tidak mampunya orang tuanya ,tidak dapat melanjutkan sekolah.
Keadaan semacam itu mempunyai dua akibat negatif,yaitu:
1)     Pemborosan Human Resources yang merugikan masyarakat dan negara;dan
2)     Pendidikan yang tidak demokratik ,pasilita pendidikan yang baik hanya terbuka bagi anak-anak dari keluarga yang berada saja.
  1. Masalah Ujian Negara yang Sentralistik
Dipertahankanya ujian negara untuk semua jenis dan tingkat pendidikan lebih banyak mengandung kelemahan-kelemahan daripada kebaikanya.
Kelemahan-kelemahan akibat ujian negara yang bersifat sentralistik itu,ialah:
1)     Menyamaratakan taraf pendidikan sekolah-sekolah yang tersebar dari sabang sampai marauke yang variabilitinya sangat besar,hal ini sangat tidak realistik;
2)     Ujian negara merupakan penghambat yang penting terhadap usaha-usaha pembaharuan pendidikan;
3)     Adanya ujian negara menimbulkan kecenderungan pada sekolah untuk mengajarkan vak-vak yang tidak diujikan;
4)     Ujian negara telah menimbulkan pemborosan finansial bagi negara;
5)     Kebocoran ujian di suatu daerah,praktis berarti kebocoran yang bersifat nasional sehingga berarti pemborosan uang dan waktu;dan
6)     Adanya pengatrolan nilai-nilai beberapa vak ujian,berarti bahwa ijasah negara sebenarnya memberikan gambaran yang palsu;
7)     Anak-anak dari sekolah swasta harus menempuh ujian berkali-kali,yaitu:
a.       Ujian sekolah sebelum ujian negara;lalu
b.       Ujian negara,kemudian apabila mereka akan melanjutkan ke sekolah (misalnya perguruan tinggi) mereka harusnmenempuh ujian sekali lagi,yaitu
c.       Ujian masuk sekolah yang lebih tinggi:adanya macam-macam ujian ini berarti pemborosan uang dan tebaga,serta merupakan teroe mental bagi anak.
  1. Masalah Kemacetan Mekanisme Inspeksi dan Supervisi
Adanya sebagian besar guru (misalnya untuk tingkat SD ± 2/3) yang tidak berwenang mengajar karena pendidikanya kurang memenuhi syarat,maka inspeksi dan supervisi yang fungsinya mengawasi,menilai dan membimbing pekerjaan guru di-field memegang peranan sangat penting.Tetapi kenyataannya aparat inspeksi dan supervisi kita boleh dikatakan macet sama sekali.
  1. Masalah tidak terpenuhinya Syarat-syarat prasarana dan sarana pendidikan
Peningkatan kualitas pendidikan di indonesia selain tergantung pada kualitas guru juga harus ditunjang dengan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai[5].
Tapi sayangnya,hingga sekarang ini,sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki  sebagian besar sekolah di indonesia masih kurang memadai seperti fasilitas laboratorium dan sebagainya.Sarana dan prasarana ini padahal sangat vital  dalam kegiatan proses belajar dan mengajar.Sebagian besar alat peraga di sekolah-sekolah masih kurang terkontrol,baik daro segi mutu harga dan sikap pribadi para pengusaha sarana pendidikan.
Padahal setiap satuan pendidikan wajib memiliki  prasarana yang meliputi ruang kelas,ruang pimpinan satuan pendidikan,ruang pendidik,ruang tata usaha,ruang perpustakaan,ruang laboratorium,ruang bengkel kerja,ruang unit produksi,ruang kantin,instalasi daya dan jasa,tempat berolahraga,tempat beribadah,tempat bermain,tempat berekreasi,dan ruang tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Tanpa ada sarana dan prasarana yang mendukung proses  pendidikan di indonesia akan sulit mengalami kemajuan.
1.3 Cara Meningkatkan Pembangunan Pendidikan di Indonesia
Sedikitnya ada titik tolak yang dapat dipergunakan untuk memandang hubungan antara pendidikan dengan pembangunan.
Pertama,sejauh manakah sumbangan pendidikan terhadap pembanguna itu?dengan hal ini para ahli ekonomi pada umumnya berkesimpulan “.....both from certain general historical arguments and also from some spesific economi models,that education,at least in some its aspect,has played a part in affecting the rate of economic growth”.Yang menjadi persoalan sekarang ini adalah apek pendidikan yang manakah yang berperan terhadap pertumbuhan ekonomi itu?[6]
Kedua, mana pembangunan memperhatikan sektor pendidikan?pertanyaan ini dapat dirumuskan secara spesifik sebagai berikut:berapa besar alokasi anggaran belanja negara atau pembangunan yang diperuntukkan bagi sektor pendidikan?
Dalam hal ini F.Harbisan mengemukakan enam daerah pilihan yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan priorita kebijaksanaan pendidikan,yaitu sebagai berikut:
1)     Pilihan  antara berbagai tingkat pendidikan;
2)     Pilihan antara kwalita dan kwantita;
3)     Pilihan antara “science and technologi” dan “liberal arts” ;
4)     Pilihan antara pendidikan formal dan latihan non-formal;
5)     Pilihan tentang incentives;
6)     Pilihan mengenai tujuan pendidikan
Salah satu persoalan nasional dalam menghadapi masa depan kita bersama ialah masalah peningkatan kemampuan pembangunan (development capability) kita.Kemampuan pembangunan yang telah kita miliki sekarang ini perlu kita tingkatkan agar kita tetap dapat mengatasi masalah-masalah pembangunan yang akan datang.Sudah sering kita dengar bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi selama ini.Masalah pengangguran di kalangan remaja,yang seperti telah kita saksikan bersama merupakan suatu masalah global dewasa ini,merupakan salah satu dari tantangan-tantangan besar tadi.Masalah lain misalnya ialah redistribusi penduduk dan kemungkinan krisis dalam penyediaan air bersih untuk pulau jawa di masa depan.
Salah satu langkah dasar yang harus kita perhatikan untuk meningkatkan kemampuan pembangunan bangsa ialah[7]:
1)     Penanaman sikap dasar yang benar terhadap usaha pembangunan,inti dari sikap dasar ini ialah keinginan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam kehidupan di sekitar kita.Hanya sikap dasar semacam ini yang akan mampu melahirkan tindakan membangun yang sebenarnya (genuine development act).Tindakan membangun semacam ini perlu kita bedakan dari tindakan membangun semu (pseudo-development act) atau tindakan membangun nominal (nominal development act).
2)     Memperbaharui kemampuan pembangunan (development knowledge) secara terus-menerus.pada dasarnya pengetahuan pembangunan suatu bangsa dalam hal ini meliputi:
a.       Pengetahuan tentang ketidak-sepadanan (inadequacies) yang terdapat dalam lingkungan bangsa dalam suatu kurun waktu;dan
b.       Pengetahuan tentang langkah-langkah yang secara realistik dapat dilakukan untuk menggantikan segenap ketidak-sepadanan tadi dengan situasi-situasi baru yang lebih sesuai dengan citra-citra (images) yang timbul dari nurani nasional(national conscience).
 Dilihat dari kacamata pembangunan,ketidak-sepadanan yang terdapat pada suatu bangsa dapat dibagi dua jenis,yakni:
1)     Ketidak-sepadanan masa kini (contemporary inadequacies);dan
2)     Ketidak-sepadanan yang munkin timbul di masa depan (futuristic inadequacies).
Dengan hal ini adalah kewajiban kita sebagai bangsa untuk mengenali kedua jenis ketidak-sepadanan ini sebaik mungkin.Kelengahan ketidak-sepadanan yang mungki n timbul di masa depan dapat dengan mudah sekali membuat suatu bangsa terperangkap dalam suatu persoalan secara mendadak.
Dilihat dari konteks problematika yang telah dijelaskan diatas yaitu tentang pendidikan untuk meningkatkan kemampuan pembangunan bangsa,di sini ada dua persoalan yang perlu kita pikirkan mengenai sistem pendidikan ini,kedua persoalan ini ialah:
1)     Pertanyaan tentang khalayak yang harus dilayani (clientele).Ada dua jenis khalayak yang harus dilayani oleh suatu sistem pendidikan dengan ambisi sebagai berikut:
a.       Generasi muda;dan
b.       Generasi dewasa.
Pandangan ini lahir dari suatu observasi ,bahwa pada masa sekarang usaha pembangunan pada dasarnya dilaksanakan oleh generasi dewasa yaitu  semua anggota masyarakat yang secara penuh terlibat dalam berbagai jenis kegiatan pembangunan.
2)     Pertanyaan tentang cakupan sistem yang harus di kelola.Usaha pembangunan itu harus dilaksanakan oleh mereka yang sekarang ini masih tergolong dalam generasi muda yaitu anggota-anggota masyarakat yang tidak atau belum secara penuh terlibat dalam kegiatan-kegiatan pembangunan.

1.4 Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pendidikan di indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu[8]:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.













Kesimpulan

problematika pendidikan adalah persoalan-persoalan atau permasalahan-peramasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan,khususnya Negara Indonesia.
Masalah pendidikan itu sangat kompleks,dan banyak seginya,misalnya:
a.       Kurangnya biaya untuk menyelenggarakan sekolah-sekolah;
b.       Kurikulum sekolah yang sudah usang;
c.       Terasingnya sekolah dari masyarakat;
d.       Moral para guru merosot;
e.       Masalah droup-out;
f.        Masalah banyaknya tamatan sekolah yang tidak mendapatkan pekerjaan;dan
g.       Masalah banyaknya anak yang tidak dapat di tampung di sekolah-sekolah dan sebagainya.
Salah satu langkah dasar yang harus kita perhatikan untuk meningkatkan kemampuan pembangunan bangsa ialah:
3)     Penanaman sikap dasar yang benar terhadap usaha pembangunan,inti dari sikap dasar ini ialah keinginan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam kehidupan di sekitar kita.Hanya sikap dasar semacam ini yang akan mampu melahirkan tindakan membangun yang sebenarnya (genuine development act).Tindakan membangun semacam ini perlu kita bedakan dari tindakan membangun semu (pseudo-development act) atau tindakan membangun nominal (nominal development act).
4)     Memperbaharui kemampuan pembangunan (development knowledge) secara terus-menerus.pada dasarnya pengetahuan pembangunan suatu bangsa dalam hal ini meliputi:
c.       Pengetahuan tentang ketidak-sepadanan (inadequacies) yang terdapat dalam lingkungan bangsa dalam suatu kurun waktu;dan
d.       Pengetahuan tentang langkah-langkah yang secara realistik dapat dilakukan untuk menggantikan segenap ketidak-sepadanan tadi dengan situasi-situasi baru yang lebih sesuai dengan citra-citra (images) yang timbul dari nurani nasional(national conscience).
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.

















DAFTAR PUSTAKA



Dr.Mochtar Buchori,Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia,Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya.



St.Vembriarto,Kapita Selekta Pendidikan(jilid2),Yogyakarta:Andi Offset,hal.1-4.


Drs.St.Vembriarto,Kapita Selekta Pendidikan(jilid 1),Yogyakarta:Yayasan Pendidikan “Paramita”.


http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/





































[1] http://abraham4544.wordpress.com/umum/problematika-pendidikan-di-indonesia/
[2] Drs.St.Vembriarto,Kapita Selekta Pendidikan(jilid 1),Yogyakarta:Yayasan Pendidikan “Paramita”,hal.27-35.
[3] Dr.Mochtar Buchori,Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia,Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya,hal.90-91.
[4] loc cit,hal.34-35.
[5] http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/permasalahan-pendidikan-dasar-di-indonesia
[6] St.Vembriarto,Kapita Selekta Pendidikan(jilid2),Yogyakarta:Andi Offset,hal.1-4.
[7] Dr.Mochtar Buchori,Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia,Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya,hal.51-52.

[8] http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar